Jakarta – Lembaga Sensor Film (LSF) menegaskan komitmennya untuk meningkatkan kualitas literasi tontonan di berbagai media, tidak hanya terbatas pada layar bioskop. Hal ini disampaikan Ketua LSF, Naswardi, di Jakarta pada Kamis.
Naswardi menjelaskan bahwa upaya peningkatan literasi ini akan menjangkau ruang publik yang lebih luas, termasuk penayangan iklan layanan masyarakat (ILM) pada fasilitas transportasi publik seperti kereta api, platform media over the top (OTT), media sosial, dan ruang publik lainnya.
Dalam rangka memperkuat kampanye tersebut, LSF meluncurkan sejumlah inovasi, yaitu maskot baru "Mama Culla", iklan layanan masyarakat (ILM), dan telop. Ketiga inisiatif ini diharapkan menjadi simbol yang mudah dikenali publik, meningkatkan literasi sensor film, serta mengampanyekan pentingnya penggolongan usia tontonan demi kenyamanan dan perlindungan masyarakat.
Sutradara Lola Amaria, yang kembali dipercaya LSF untuk memproduksi ILM, mengapresiasi kepercayaan tersebut. Ia menyerukan agar para pembuat film dan masyarakat menerapkan "budaya sensor mandiri" dalam proses produksi dan pemilihan tontonan. "Saya sebagai (pembuat) film mengampanyekan budaya sensor mandiri, jadi untuk segala tontonan yang mungkin tidak sesuai usia dihindari. Dan juga untuk pembuat film seperti saya harus punya sensor mandiri, jadi seperti punya sensor sebelum dibawa ke lembaga sensor, jangan sampai film saya mereka yang menyensor gitu ya," ujar Lola.
Sementara itu, Ketua Bidang Hukum Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI), Albert Tanoso, menyambut baik inovasi LSF ini. Ia berharap kehadiran maskot, ILM, dan telop baru mampu menyampaikan pesan secara efektif kepada masyarakat terkait bijak dalam memilih tontonan film. "Kita juga menyambut baik telop baru dari LSF yang lebih modern dan tidak membiasakan kami. Kami juga berharap melalui telop dengan desain yang bisa bikin penonton lebih ingin menonton lagi," katanya.
Khusus untuk bioskop, mulai 1 Januari 2026, penonton di seluruh Indonesia akan menikmati film dengan telop klasifikasi usia yang baru. Telop ini dikemas ulang untuk empat penggolongan usia penonton. Proses kreatif pengemasan ulang telop ini melibatkan empat Intellectual Property (IP) lokal yang dikenal masyarakat: karakter Funcican untuk klasifikasi Semua Umur, Si Nopal untuk R13, Emak Emak Matic untuk D17, dan Si Juki untuk D21.
Telop-telop baru ini akan menggantikan telop "Tahi Lalats" yang telah menemani penonton selama bertahun-tahun. Penyegaran desain dengan melibatkan IP lokal dan penyesuaian dengan klasifikasi usia penonton merupakan upaya LSF untuk memperkuat pemahaman masyarakat secara lebih menyenangkan dan mudah diingat.









