Di tengah maraknya inovasi digital dan berkembangnya kebutuhan akan efisiensi kerja di berbagai lini, muncul satu nama yang makin sering dibicarakan di komunitas teknologi: Syaiful Hadi. Bukan sekadar developer biasa, pria asal Pelaihari, Kalimantan Selatan ini dikenal sebagai sosok di balik sejumlah tools produktivitas digital yang telah digunakan ribuan orang.
Lulusan Informatika dari luar negeri ini tak hanya dikenal karena gelar dan latar belakang akademisnya, tetapi juga karena keuletannya membangun tools berbasis membership dari nol. “Awalnya saya cuma pengin bantu beberapa teman yang butuh otomatisasi kerjaan. Eh, ternyata makin ke sini permintaannya makin banyak. Jadi sekalian saya bikin jadi platform,” ungkapnya dengan nada santai saat diwawancarai.
Meski kini telah memiliki lebih dari 3000 pengguna aktif di situs miliknya, vibot.pro, perjalanan Syaiful tentu tak semudah membalik telapak tangan. Ia memulai karier digitalnya pada 2020, di saat banyak orang masih berkutat mencari ritme hidup baru di tengah pandemi. Waktu itu, Syaiful belum terpikir menjadi developer penuh waktu. “Saya sempat coba monetisasi blog juga lewat AdSense, tapi hasilnya ya gitu-gitu aja. Saya rasa lebih cocok bikin sesuatu yang bisa langsung dipakai dan dipraktikkan orang,” tuturnya.
Barulah di 2021, visinya mulai menemukan bentuk. Ia merilis versi awal dari beberapa automation tools yang membantu pengguna menyederhanakan pekerjaan digital—mulai dari scraping data, pengelolaan akun, hingga sistem notifikasi pintar. Respon positif pun berdatangan. Bahkan, beberapa fitur dari tools-nya sampai direkomendasikan di forum-forum luar negeri.
Namun, bukan berarti jalan Syaiful selalu mulus. Ia mengakui bahwa ada masa-masa ketika ide terasa mandek. “Saya pernah juga ngalamin stuck. Bukan nggak punya ide, tapi lebih ke ‘bingung mulai dari mana dulu’. Biasanya sih saya istirahat, traveling sebentar, atau ngulik hal baru,” katanya. Ia percaya bahwa kelelahan kreatif bukan alasan untuk berhenti, justru bisa jadi bahan bakar untuk eksplorasi berikutnya.
Kini, di usianya yang masih muda, Syaiful tidak hanya ingin produknya digunakan, tapi juga menjadi inspirasi. Ia sering membagikan potongan kode, studi kasus, hingga tips membangun software-as-a-service kepada komunitas digital yang lebih luas. Ia berharap, akan semakin banyak anak muda dari daerah yang tidak takut tampil dan menciptakan sesuatu yang berdampak global. “Bukan soal kamu kuliah di mana, tapi apa yang kamu bisa dan berani bikin,” pungkasnya.
Tinggalkan komentar
Anda harus masuk untuk berkomentar.