Jakarta, Indonesia – Perusahaan di berbagai sektor kini berlomba-lomba merekrut tenaga kerja dengan keterampilan ramah lingkungan. Laporan Keterampilan Ramah Lingkungan LinkedIn 2025 menunjukkan bahwa perekrutan "hijau" tumbuh hampir dua kali lebih cepat (8% per tahun) dibandingkan peningkatan jumlah pekerja yang memiliki keterampilan tersebut (4,3%).
"Kesenjangan antara permintaan dan pasokan tenaga kerja terampil terus membahayakan hal ini," ungkap Wakil Presiden Kebijakan Publik dan Grafik Ekonomi LinkedIn, Sue Duke.
Analisis LinkedIn terhadap lebih dari satu miliar anggotanya sejak 2021 menunjukkan adanya peningkatan kesadaran iklim. Saat ini, 17,6% pekerja memiliki setidaknya satu keterampilan ramah lingkungan, naik dari 16,8% di tahun 2024. Namun, laju pertumbuhan keterampilan iklim melambat dari 5,5% (2023-2024) menjadi 4,3% (2024-2025), menimbulkan kekhawatiran akan kemampuan tenaga kerja untuk memenuhi komitmen iklim global.
Sektor teknologi, informasi, dan media memimpin dengan pertumbuhan tahunan rata-rata tertinggi dalam perekrutan ramah lingkungan (11,3%). Hal ini mengindikasikan tantangan sektor ini dalam mengelola intensitas sumber daya yang dibutuhkan oleh kecerdasan buatan (AI) untuk solusi iklim. Dalam bidang AI, keterampilan seperti efisiensi operasional tumbuh 579% dan pemeliharaan serta perbaikan melonjak 190%.
Pertumbuhan konsumsi energi sektor pusat data juga menjadi perhatian. International Energy Agency (IEA) mencatat peningkatan konsumsi energi sebesar 12% per tahun sejak 2017 dan diproyeksikan meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 945 TWh pada tahun 2030.
Eropa menjadi motor utama pertumbuhan perekrutan ramah lingkungan dengan peningkatan 16,3%. Prancis mencatat pertumbuhan tertinggi (20%), diikuti Inggris (15,3%) dan Jerman (9,2%). Peningkatan ini kemungkinan didorong oleh undang-undang Uni Eropa yang membutuhkan keahlian lebih besar dalam manajemen risiko iklim dan keuangan berkelanjutan.









