INDRAMAYU, JAWA BARAT – Hiruk pikuk dangdut koplo memecah keheningan malam di sebuah perkampungan Indramayu. Di tengah gemerlap kafe remang, Sartika (Claresta Taufan), seorang perempuan hamil tua, berjuang mencari kehidupan. Setelah diturunkan paksa dari truk, ia terpaksa menepi di warung kopi sepi milik Ibu Maya (Christine Hakim).
Simpati dan pemahaman akan kerasnya hidup mendorong Maya untuk menampung Sartika. Di rumahnya yang sederhana, dikelilingi tumpukan sampah daur ulang milik Jaya (Jose Rizal Manua), suami Maya, Sartika menemukan tempat berteduh. Setelah melahirkan Bayu (Shakeel Fauzi), ia membalas budi dengan membantu di warung, menyeduh kopi, bahkan melayani pelanggan yang membutuhkan "pangkuan".
Inilah premis film debut penyutradaraan Reza Rahadian, "Pangku". Film ini mengisahkan kehidupan Sartika, yang di siang hari menjadi buruh tani bersama Pak Jaya, dan di malam hari menjadi pelayan warung kopi pangku. Pilihan sulit yang harus diambilnya di tengah himpitan ekonomi pasca-Reformasi 1998.
Warung Maya perlahan ramai. Sartika melayani pelanggan yang mencari pelipur lara dan sentuhan perempuan. Sementara itu, Bayu tumbuh dalam asuhan Maya. Kehadiran Hadi (Fedi Nuril), seorang sopir pick up yang kerap membawakan ikan sisa dari pelelangan, memberi secercah harapan. Ikan-ikan itu menjadi kemewahan bagi mereka, terutama Bayu, dan menjadi simbol cinta Hadi kepada Sartika.
Sartika pun jatuh hati pada Hadi. Ia berharap Hadi bisa menjadi solusi hidupnya, terutama karena Bayu kesulitan masuk sekolah akibat ketiadaan nama ayah di akta kelahirannya. "Aku mau punya anak. Kamu mau punya suami," ujar Hadi, seolah menawarkan "mantra" untuk memikat Sartika.
Lantas, apakah Sartika akan menerima Hadi dan mengakhiri kemarau hatinya? Jawabannya dapat ditemukan dalam film "Pangku", yang mulai tayang di bioskop sejak 6 November 2025.
Pendekatan Humanis Tanpa Romantisasi
Reza Rahadian memilih Indramayu sebagai lokasi syuting karena keotentikannya. "Semua yang kita butuhkan di script secara geografis sudah komplet," ujarnya usai pemutaran khusus di Jakarta. Ia ingin menampilkan realitas tanpa rekayasa.
Meski mengangkat kehidupan masyarakat kelas bawah dengan segala gemerlap dunia malam, "Pangku" tidak terjebak dalam hingar bingar dangdut koplo. Music scoring sendu dan lagu-lagu seperti "Rayuan Perempuan Gila" dan "Ibu" justru memperkuat nuansa pilu. Reza tidak ingin menonjolkan sisi gelap transaksi seksual di warung kopi pangku.

" The reason why we don’t want to highlight ( the sex work ) because it’s portrayed already, " jelas Reza. Ia lebih tertarik pada ketangguhan para perempuan yang tidak punya waktu untuk mengeluh. " The way they carries themselves as persons, itu buat saya kayak, ‘kok bisa gini ya?’"
Reza memilih untuk menyoroti peran perempuan dan ibu yang berjuang di tengah kerasnya kehidupan. Sartika dan Ibu Maya menjadi representasi dari realitas yang ada, dihadirkan dengan perspektif yang realistis dan humanis.
Christine Hakim menambahkan, "Saya bersyukurnya judulnya bukan Kopi Pangku tapi Pangku. Dari bayi, kita tuh udah dipangku (oleh ibu), kan? Rasanya gimana coba? Ada rasa nyaman, aman. Dan setiap manusia sebetulnya mencari rasa itu. Begitu juga Sartika."
Reza juga mengakui bahwa film ini terinspirasi dari perjuangan ibunya, seorang single parent yang membesarkannya. Ia ingat betul kesulitan yang dialami ibunya saat dirinya ingin bersekolah, serta dampak PHK massal di era 1998. "Itu core memory saya kuat banget," ujarnya.
Dengan pendekatan realis, Reza menghindari dialog yang dibuat-buat. Ia tidak ingin karakternya menyelipkan kritik sosial, ekonomi, dan politik yang tidak relevan dengan latar belakang mereka. "Kita enggak lagi bikin film dalam bentuk protes," tegasnya.
"Pangku" menjadi karya pertama Reza di belakang layar yang memanusiakan mereka yang terjebak dalam fenomena kopi pangku. Film ini menyiratkan pesan tentang ketangguhan perempuan, terutama para ibu tunggal, serta pentingnya memperhatikan kesehatan jiwa dan raga anak-anak.
Christine Hakim mengingatkan, "Ada berapa juta anak seperti Bayu di dunia? Anak itu tidak minta dilahirkan tapi dengan kehidupan seperti yang dialami Sartika dan ibu-ibu yang lain, anak-anak ini tidak mendapatkan perlindungan dari orangtuanya, kasih sayang yang utuh, bagaimana psikologisnya? Ini tanggung jawab kita semua untuk menyebarkan dan mencegah kebathilan ini."
Deskripsi Film:
- Pangku
- Sutradara: Reza Rahadian
- Pemain: Claresta Taufan, Fedi Nuril, Christine Hakim, Shakeel Fauzi
- Genre: Drama
- Rilis: 6 November 2025






Tinggalkan komentar
Anda harus masuk untuk berkomentar.