Alex Kawilarang: "Saya Bukan Pahlawan!"

Pramono

November 14, 2025

2
Min Read

Jakarta – Kolonel Inf. (Purn.) Alexander Evert Kawilarang, tokoh militer yang dikenal sebagai pendiri pasukan komando cikal bakal Kopassus, menolak mentah-mentah jika dirinya disebut pahlawan. Penolakan ini bukan tanpa alasan, melainkan karena kekecewaannya terhadap penyalahgunaan gelar pahlawan demi kepentingan pribadi dan pencitraan.

"Saya benci kalau dengar begitu [gelar pahlawan disalahgunakan]. Karena itu omong kosong," tegas Kawilarang dalam sebuah wawancara dengan majalah Mutiara. "Kalau pahlawan yang betul itu yang [berjuang] sampai mati, sesudah pensiun tidak. Saya merasa diri saya bukan pahlawan."

Penolakan Kawilarang terhadap gelar pahlawan juga tercermin dari permintaannya untuk tidak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Ia menilai, taman makam tersebut banyak dihuni oleh sosok-sosok yang tidak mencerminkan pribadi seorang pahlawan. "Lihat saja di [Taman Makam Pahlawan] Kalibata, ada koruptor, banyak orang yang menyeleweng waktu Aksi [agresi militer Belanda] Kedua," sentilnya. "Kalau meninggal saya tidak mau [dimakamkan] di Kalibata, karena terlalu banyak seperti itu. Lebih baik di Cikutra, Bandung."

Perjuangan dan Kontroversi

Sebagai pejuang Angkatan 45, jasa Kawilarang dalam Perang Kemerdekaan tidak bisa dipungkiri. Ia terlibat dalam berbagai palagan dan dikenal sebagai perwira tempur yang menonjol. Namun, keterlibatannya dalam pemberontakan Permesta di Sulawesi Utara pada akhir 1950-an, sedikit mencoreng namanya.

Sebelumnya, Kawilarang sempat dipercaya memimpin penumpasan pemberontakan Andi Azis dan gerakan separatis Republik Maluku Selatan (RMS). Ia juga berjasa dalam membentuk pasukan elite Kesatuan Komando (Kesko) Tentara Teritorium III Siliwangi, yang menjadi cikal bakal Kopassus. Bahkan, jauh sebelum itu, ia telah merintis pasukan komando di Sumatra Utara dengan membentuk Kompi Pasukan Komando (Kipasko) pada 1950.

Menerima Bintang Gerilya Saat Sakit

Pada paruh pertama 1990-an, Kawilarang menderita sakit keras. Saat itulah, negara menganugerahinya Bintang Gerilya. "Saya dengar ada beberapa orang yang dulu bawahan saya yang lapor kepada Presiden [Soeharto]. Ketika itu saya sakit keras, satu tahun di rumah sakit karena kanker. Dipikir ini orang sudah mau mati. Maka diberikan Bintang Gerilya. Jadi dapat Bintang Gerilya masih di rumah sakit," kenang Kawilarang.

Meski menolak disebut pahlawan, nama Alex Kawilarang tetap dihormati oleh masyarakat Minahasa, warga Kodam Siliwangi, dan keluarga veteran Perang Kemerdekaan di Sumatra Utara. Ia wafat pada 6 Juni 2000 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung, sesuai dengan wasiatnya.

Tinggalkan komentar

Related Post